Assalamu'alaikumwrwb.
Akan berbeda ketika telapak kaki ini berhenti di pintu gedung bercat krem langsat yang konon sudah genap 2 tahun tangan darah Jawa Melayu Sumateranya Indonesıa ıtu membuka pintu, dengan harus menempelkan telunjuk jari pada kotak hitam. Absensi rutin asrama. Tanpa "salam" sebagaimana tanah air membiasakan ber assalamaualaıkum terlebih dahulu. Baiklah kita tidak sedang berbicara culture shock untuk bab kali ini.
***
indahnya matahari pagi ini, cahayanya menembus dedaunan mapel hijau di sisi jalan. Ranting-ranting bicara soal kapan akan tiba musim gugur. Ayam kalkun yang tubuhnya gemuk-gemuk mematuk biji-biji buah yang jatuh di rerumputan. Sementara burung-burung kecil senda gurau di pucuk kenari.
Jalanan yang lengang, manusia hilang dalam Jum'at yang berkah, satu dua duduk menanti BIS kota, barangkali mereka hendak menata taman kota, karena bajunya berompi hijau muda, memakai penutup kepala yang mirip kerudung.
Matahari » bicara soal betapa pandainya ia bersyukur, pagi hangat semangat buat makhluk pencari rizki. Ia kirimkan selimut bercahaya yang kilaunya semakin terlihat sempurna mana kala mata melihat dari celah-celah dinding daun. Hangatnya menyehatkan, menelurkan milyaran buncahan energi dan cita-cita. Selimut yang Matahari beri nama ia mentari.
Matahari » Belajar darinya tentang persahabatan, betapa tulusnya ia membenamkan diri mempersilahkan malam datang, sehingga dengannya makhluk menikmati betapa kemilaunya bulan sabit atau penuh, lautan bintang-bintang langit, planet-planet jagat raya, atau bahkan kelip lampu pesawat sekalipun.
Dan waktu terus berputar menyusuri hari yang terus berlari. Demikian musim yang pelan-pelan merunduk memindahkan daun mapel hijau rumput dengan warna kuning kecoklatan, nyaris coklat sempurna. Musim penghujan yang tiba-tiba menahan mata memandang pintu-pintu langit. Kiranya musim gugur son bahar segera tiba, dan wol-wol hangat memenuhi pasar-pasar yang merambat. Allah menyusun dan merangkai musim dengan perincian yang sedemikian detail.
Memandang padatnya kota, dan sisa musim panas yang masih utuh membuat warna berubah sedemikian cepat, pagi mendung, siang panas, dan malam hujan. Menyimak perubahan langit melukis dirinya dengan tahta singgasana warnanya seakan ia bicara "Kehidupan adalah warna, dengan semua yang dikandungnya. Berubah dengan cepat, tidak membutuhkan bilangan bulan untuk menjadi cerah, gelap, pekat atau berpelangi sekali pun.
Langit bicara dengan "perubahan" musim yang menyertainya. Ia adalah sajadah luas pembentang rasa dan fikir, bagaimana meski ıa berdiri tanpa tiang penyangga kokohlah ia mampu menjadi singgasana bagi laut, tetumbuhan, dan seluruh makhluk bernaung di bawahnya, menikmati perubahan warna yang ia berikan dengan sempurna. Semburat energi yang terus memperbaharui dan berbenah harı bicara tentang pergantian "Siang berganti malam" tanpa lelah.
ALLAH lah yang meninggkan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat. (Q.S. Al-Ra'd (13):2)
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُواْ فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلاً
Dan Kamı jadikan malam dan siang sebagai dua tanda. lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang. agar kamu mencari karunia Tuhanmu. dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan (waktu) . Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas. (Q.S. Al-İsraa:12).
***
Sakura Romawi Timur, 12 September 2014
Ankara, Alun-alun kampus 11:20 Turki
Ankara, Alun-alun kampus 11:20 Turki
No comments:
Post a Comment