"Bizimki
Ask Kalmis"
Meneladani sosok Ustadzah Wiwik
(Rahasia
Sang Ustadzah Mendidik Putra-putri)
#catatan
perjalanan bersama Ustadzah Wiwik (Dra. Hj. Wirianingsih, M.Si)
Matahari pagi menyingsing. Aku baru saja
menyapa senyum dan berceloteh gembira bersama gadis kecil Turkey berusia 1
tahun yang duduk disampingku,
gadis berambut keriting yang di kuncir dua, lucu sekali. Ia duduk manis bersamaku
di Yeni Adana Otobus. Sebuah bus jurusan Istanbul.
Malam tanggal 30 aku meluncur menuju
Istanbul tepat pukul 23:59 waktu Turki, Ankara. Itu sungguh hari yang padat
sekali. Setelah beberapa minggu lamanya berjibaku mempersiapkan Ujian Akhir
Semester, disertai beberapa agenda yang membersamainya. Puncaknya adalah hari
Jum'at (30 Mei 2014), tepat saat aku harus menghadapi ujian Human Learning
dengan materi yang sangat lumayan teramat tebal. Alhamdulillah tuntas! Semoga
baik in sha Allah. Serampung ujian bermandi hujan mencari ATM untuk beberapa
kebutuhan acara dan mengejar waktu untuk membantu memandu agenda kajian online
LKS MIT. Itu adalah kajian yang spesial 30 Mei 2014. Peserta kajian mencapai 30
peserta lebih. Ramai sekali. Masha Allah. Meski acara kajian di undur 2 jam
dari waktu yang ditentukan, karena kedatangan Ustadzah yang mengalami sedikit
kendala di bandara.
***
"Bizimki ask kalmis." Suara
kecil Aisu, sang gadis kecil berbisik disampingku. Aku menoleh tergelitik
mendengarkan suaranya. "Tekrar soyle canim." "Ayo coba diulang
lagi sayang." Aku memintanya untuk mengulang ucapan yang terdengar sangat manis
itu. Aisu tersenyum malu dengan hidungnya yang cantik berkilauan. "Bizimki
ask kalmis." Ucapnya sekali lagi. Aku tidak tahan untuk tidak memeluk dan
menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjukku. Aisu semakin mendekat,
menyandarkan kepalanya dipundakku.
"Ozledim seni, ozledim seni, bir
nefes gibi, bir nefes gibi." Lamat-lamat aku dengar suaranya
bersenanandung. Sebuah lagu anak-anak Turki yang beberapa menit aku nyanyikan
untukknya. "Aku rindu padamu- aku rindu padamu, seperti sebuah nafas-seperti
sebuah nafas." "Biz yoldayken, beraber sarki soyledik." Ketika
dalam perjalanan kita telah bersenandung bersama." Meski baru beberapa
hitungan menit, tidak menduga Aisu mengingat dan mengulangnya dengan begitu
cepat. Hingga Bus berhenti di Otogar Esenler, Istanbul. Otogar terbesar. Kami
saling berpandangan dan aku peluk ia. "bizimki ask kalmis." Ulangnya
sekali lagi. "Telah tertinggal cinta di dalam diri kita." Masha
Allah. Bagaimana mungkin gadis kecil berusia 1 tahun mampu mengucapkan kalimat
seindah itu.