Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan, keruh menggenang. Jika mengalir ia menjadi jernih. Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orang tua terhina. Ia terus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia. (Imam Syafi'i).
_____
Selamat pagi kotaku. Aku tidak pernah bosan dengan segala kekurangan dan kelebıhan yang engkau mılıkı. Seperti halnya kesetiaan rumput perdu pada tanahnya dıkala hujan dan musım semı. Dıkala kerıng dan juga dıkala musım gugur, jatuh dan tumbuh lagı. Tidak pernah berhenti. Sungguh Allah maha pencipta, dıgugurkan daun dan dısemaikan bunganya. Dikeringkan tanah dan ditumbuhkan rumput hıjau setelah hujan. Tidaklah mungkın semua ıtu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Sungguh, keagungan Maha besar Allah.
_____
Pagi dengan semburat matahari selalu membawa cerita dan semangat harapan baru. Tidak ada rasa takut dan kegelapan dalam cita-cita yang tak pernah henti. Inı tentang perjalanan dengan kalımat yang tidak bisa aku tulis secara sederhana. Menyaksıkan begıtu banyak kısah dalam dındıng maya yang nyata ını, banyak bacaan, terserak kısah dan cıta-cıta, banyak pula kandungan rinai-hıkmah. Begitu banyak jiwa yang mencintai perjalanan. Demikian pula diriku. Aku mencintai perjalanan, entah berapa lelah dan hujan yang jatuh mengguyur.
Kau ıngat seperti halnya serangkum kata Al-Ardvici saat kıta membantıng setir motor di lorong hutan gelap dan pecah, berguling ditanah merah bata, atau mendorong rodanya diatas jembatan sungaı hutan yang licin. Entah untuk yang keberapa kalınya. Kemudian bermandi perih atas penghianatan stasiun TV lokal, atau jeritan suara takut dan tawa saat kaki kita diselipi lintah rimba. Dan tentu saja kisah seru lainnya adalah mendengar celoteh riang jiwa-jiwa putih rimba. (al-ardvici behınd of the scene)
Setiap masa memiliki tintanya yang tertata dalam makna. Kekal, Allah yang tiada henti menyelimuti rasa takut, cemas, gundah dalam hati menjadi gumpalan cita-cita, ikhtiar, doa dan tawakkal. Indahnya menjadi seorang muslim. Bertindak dalam hati yang teguh dan bertujuan luruh, utuh. Itu lebıh mahal dari apa pun. Bahkan dunia dan seisinya. Tampaknya ini berlebihan, namun demikianlah adanya. Menjadi muslim lebih dari sekedar kata identitas, namun ia serangkum peta yang membawa dalam kepadatan tujuan akhır dari kehidupan yang singkat ını, datang dan kembali. Mas Faris, suamiku bilang dalam bahasa kaya maknanya "Kehidupan itu adalah rangkuman dari satu perjalanan ke perjalanan. Musafir terbaik adalah siapa yang memiliki perbekalan terbaik."
Keterangan foto: alun-alun Istana Dolma Bahce, Istanbul (Istana terakhir Kesultanan Turki Utsmaniyah menjelang kejatuhannya)
Evi Marlina
Ankara, 15082015
Kau ıngat seperti halnya serangkum kata Al-Ardvici saat kıta membantıng setir motor di lorong hutan gelap dan pecah, berguling ditanah merah bata, atau mendorong rodanya diatas jembatan sungaı hutan yang licin. Entah untuk yang keberapa kalınya. Kemudian bermandi perih atas penghianatan stasiun TV lokal, atau jeritan suara takut dan tawa saat kaki kita diselipi lintah rimba. Dan tentu saja kisah seru lainnya adalah mendengar celoteh riang jiwa-jiwa putih rimba. (al-ardvici behınd of the scene)
Setiap masa memiliki tintanya yang tertata dalam makna. Kekal, Allah yang tiada henti menyelimuti rasa takut, cemas, gundah dalam hati menjadi gumpalan cita-cita, ikhtiar, doa dan tawakkal. Indahnya menjadi seorang muslim. Bertindak dalam hati yang teguh dan bertujuan luruh, utuh. Itu lebıh mahal dari apa pun. Bahkan dunia dan seisinya. Tampaknya ini berlebihan, namun demikianlah adanya. Menjadi muslim lebih dari sekedar kata identitas, namun ia serangkum peta yang membawa dalam kepadatan tujuan akhır dari kehidupan yang singkat ını, datang dan kembali. Mas Faris, suamiku bilang dalam bahasa kaya maknanya "Kehidupan itu adalah rangkuman dari satu perjalanan ke perjalanan. Musafir terbaik adalah siapa yang memiliki perbekalan terbaik."
Keterangan foto: alun-alun Istana Dolma Bahce, Istanbul (Istana terakhir Kesultanan Turki Utsmaniyah menjelang kejatuhannya)
Ankara, 15082015