Reminder

"Beri aku pelajaran TERSULIT, aku akan BELAJAR" Maryamah Karpov

Wajahku sujud kepada Allah yang menciptakannya, dan yang membuka pendengaran dan penglihatannya

Dengan daya dan kekuatan dari-Nya, maka Maha Suci Allah, Sebaik-baik pencipta

(Tilawah Sajadah)

Friday, November 27, 2015

sepotong kisah pagi dari Riyadh dan Turki

Beberapa hari ini kota Riyadh diguyur hujan cukup deras. Hingga banjir yang membuat jalan-jalan tergenang air. Mobil tertahan pada beberapa lokasi jalan. Alhamdulillah, syukurlah kemaren sore suami mengabarkan keadaan sudah mulai mereda, matahari mulai bersinar kemilauan meski sisa-sisa genangan air masih menyisakan aromanya. Jalanan kota Riyadh terlihat lengang, namun langit mulai memendarkan cahaya putih kebiruan.

"Itu kota ayahmu Nak." Negeri seribu jejak kerasulan. Suaraku sore itu menceritakan apa saja yang dikabarkan suami pada si kecil. Sentuhan-sentuhan gerakan kecil dan lembut terasa demikian girang di dalam rahimku. Mungkin ia merasakan hal yang sama seperti yang tengah kami rasakan.

"Kota Ankara mulai memasuki musim dingin Masku. Langit mulai gelap dan udara bertambah lembab dan tajam." Aku mengabarkan cuaca kota Ankara kepada suami.

Ada hal yang menarik pada peristiwa alam setiap memasuki musim dingin, siang yang menjadi demikian singkat dan pendek, sebaliknya malam menjadi bertambah panjang. Peristiwa alam yang penuh misteri, menyimpan rahasia kebesaran sang Maha Pencipta yang Agung. Kultur masyarakatpun berbeda setiap kali musim dingin tiba, berduyun-duyun mereka mengenakan baju tebal berbahan kulit atau pun wol, kafe-kafe pedagang teh hangat dan manisan bertambah ramai dan semakin padat merapat. Hasil panen musim panas berupa cabai, terung, buah yang dikeringkan menjadi menu utama setiap musim dingin tiba.

Turki dan Riyadh, adalah dua negeri asing yang bersemayam di dalam hatiku. Padanya terdapat milyaran keajaiban yang menyimpan jejak sejarah dan lembaran-lembaran episode. Ada banyak hal menarik yang menjadi catatan khusus pada dua kota bersejarah ini, khususnya pada perbedaan tradisi dan karakteristik masyarakatnya. Karakter yang khas dari masing-masing keduanya. Dan... akan selalu menarik untuk dikaji, belajar dari sumber-sumber mata air sejarah. Tidak akan pernah habis dan kering. **to be continued..

Catatan Evi Marlina

cc. Masku @farisjihady

Ket foto : KSU dan Daun musim gugur kota Ankara (koleksi pribadi)


Tuesday, November 10, 2015

to my dear Husband #Son Bahar 2015

nothing says "home" like the arms of my husband (anonim)

08 Februari 2015 (hari pernikahan)

alhamdulillah, hari ini 10 November 2015  genap 9 bulan 2 hari perjalanan pernikahan kita Masku. Segala puji hanya milik Allah atas karunia Nya yang terbentang tanpa limit. Mencurahkan ikatan rasa kasih sayang yang terhunjam dalam lubuk hati-hati kita. Seiring dengan usia kehamilan yang Allah amanahkan kepada rahimku, 17 minggu 3 hari. Tidak terasa waktu sedemikian cepat berganti bagaikan sang musafir yang menempuh perjalanan dari satu negeri ke negeri yang lain. 

Banyak kisah yang tersusun dalam ruang waktu yang kita singgahi. Semoga Allah menghimpunnya dalam keridhaan dan ampunan Nya. Kegembiraan, suka, duka mengiringi setiap bait hela waktu perjalanan. Aku memohon kepada Allah, semoga kita tidak akan pernah mengenal kata lelah menjadi hamba Nya yang paling haus untuk selalu bersyukur. 

Suamiku, yang telah bersabar atas masa-masa yang sulit. Lembaran waktu yang Allah titipkan kepada kita di musim panas kota Turki. Engkau yang rela belajar memasak dengan susah payah ketika aku dalam keadaan lemah dan sakit. Membuatkan menu kesukaanku dengan penuh kehati-hatian dan kasih sayang. Betapa semua itu selalu membuatku tidak pernah behenti merindukanmu.

Engkau yang dengan setia menyimak semua kegelisahan dan cerita yang tak berujung. Suamiku, yang tidak pernah memaksaku untuk menyetorkan hafalan, menyetorkan bacaan tilawah, membaca sirah, memperdalam bacaan agama, membaca tafsir dan banyak hadits dll...sungguh ia tidak pernah memaksaku untuk melakukan itu. Tidak pula ia memaksaku untuk memasak yang sulit berupa ini dan itu, tidak memintaku menyetrika, mengepel rumah, mencuci baju dan banyak hal lainnya. Namun, sikapnya yang memahamiku sedemikian rupa penuh kasih sayang membuatku menyimpan cinta yang sedemikian dalam. Membuatku bertahan di dapur berjam-jam untuk belajar memasak menu kesukaannya, membuatku semakin haus dan merindukan ilmu pengetahuan, membuatku semakin menyimpan rasa bahwa aku sungguh "jatuh cinta" pada sosok yang padat ilmu itu. 

Kala menekuni banyak kisah sahabat Rasul nan gemilang dengan ilmu teringatlah pada sosok suami, kala menyelami sosok sahabat yang bercahaya teringatlah pada sosok suami. Ia (suamiku) seumpama lautan ilmu yang aku bisa berenang mendapatkan segala jawab yang aku pinta. Sungguh segala puji hanya bagi Allah. Hamba berlindung pada Mu dari sifat yang berlebihan ya Allah. 

Dear suamiku, ya Ustadz Faris Jihady, al-hafidz. Semoga Allah merahmati semua kebaikanmu, mengangkat derajatmu pada kemuliaan yang haqiqi di sisi Allah. Terimakasih telah menjadi suami atas anak-anak kita kelak insha Allah. Terimakasih telah menjadi pemimpin bagi kehidupan dunia dan dienku. Ampuni dan ridhailah segala khilaf yang mungkin lebih banyak kau jumpai dari pada kebaikanku. Ridhailah aku menjadi tulang rusuk di dunia dan diakhiratmu. "Semoga Allah mengukuhkan cinta kita di atas manhaj Al-Qur'an." (serangkai doa Mas Faris dalam Tafsir pernikahan). Aamiin ya Rabb.

Berkahilah dan lindungilah keluarga kami dengan keridhaan Mu ya Allah. 
Aamiin..

I love you Mascim...❤
Ankara, 10 November 2015